Gua Hira adalah tempat Nabi Islam Muhammad menerima wahyu dari Tuhan yang pertama kalinya melalui malaikat Jibril. Gua tersebut sebagai tempat Muhammad menyendiri dari masyarakat Arab yang pada saat itu masih mempraktikan agama Politeis Arab.

Gua Hira

Gua Hira terletak di negara Arab Saudi. Letaknya pada tebing menanjak yang agak curam walau tidak terlalu tinggi, oleh karena itu untuk menuju gua itu setiap orang harus memiliki fisik yang kuat.

Sejarah

sunting

Pada tanggal 17 Ramadhan yang bersamaan dengan 6 Agustus 610 Masehi menurut Ibnu Sa‘ad dalam Al-Thabaqat Al-Kubra, Nabi Muhammad SAW. menerima wahyu pertama di Gua Hira, yang terletak di Gunung Jabal Nur. Saat itulah, Muhammad secara resmi diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Saat peristiwa tersebut, usianya sekitar 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut kalender Qamariyah atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut almanak Syamsiyah. Meskipun tidak membahas proses pengangkatannya, kita akan mengulas tempat di mana beliau mendapatkan wahyu, yaitu Gua Hira.[1]

 
Gua Hira

Bagi sebagian umat Muslim, ibadah haji bukan hanya serangkaian prosesi atau ritual syariat, tetapi juga merupakan perjalanan wisata religius yang melibatkan ziarah. Salah satu tujuan ziarah yang paling diminati oleh para jamaah haji dan mereka yang berumrah adalah Gua Hira, terletak di Jabal Nur (Gunung Cahaya). Jabal Nur terletak sekitar enam kilometer ke utara Masjidil Haram. Di sekitar lima meter dari puncak gunung, terdapat sebuah lubang kecil yang dikenal sebagai Gua Hira, tempat Nabi Muhammad SAW. menerima wahyu pertamanya.[1]

Puncak Jabal Nur memiliki ketinggian sekitar dua ratus meter, dikelilingi oleh gunung, batu-batu bukit, dan jurang. Gua Hira terletak di belakang dua batu raksasa yang sempit dan dalam, dengan lubang kecil di bagian ujung kanan yang memungkinkan pandangan ke arah Makkah. Menuju puncak gunung memerlukan waktu lebih dari satu jam dengan medan sulit dan tanpa tangga. Tangga baru muncul tiga perempat perjalanan, dengan medan yang lebih ringan mendekati puncak.[1]

Pintu Gua Hira memiliki tulisan Ghor Hira dengan cat warna merah, di atasnya terdapat dua ayat pertama Surat Al-Alaq dengan cat warna hijau. Gua Hira berukuran sekitar tiga meter panjang, satu setengah meter lebar, dan dua meter tinggi. Luasnya hanya cukup untuk shalat dua orang. Di bagian kanan gua terdapat teras batu untuk shalat dalam keadaan duduk.[1]

 
Gua Hira

Gua Hira dianggap sebagai tempat yang ideal bagi Nabi Muhammad untuk bertahannuts. Suasana tenang di sana jauh dari keramaian kota Makkah menjadi pertimbangan penting bagi beliau. Muhammad telah membicarakan pilihan ini dengan istrinya, Khadijah binti Khuwailid. Khadijah bahkan beberapa kali mengunjungi Gua Hira pada malam hari, menempuh medan yang sulit untuk melihat suaminya. Bahkan dalam sebuah sumber dikatakan Gua Hira menjadi masjid pertama bagi Nabi Muhammad SAW. sebelum menerima wahyu. Maka dari itu, Gua Hira menjadi jejak sejarah yang cukup vital bagi umat Islam di seluruh dunia, mengingat sejarah Islam yang melekat pada objek sejarah tersebut.[1]

Tempat pertama Nabi Muhammad menerima wahyu

sunting

Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT di sebuah gua kecil di Gunung Jabal Nur yang dikenal sebagai Gua Hira. Saat ini, Gua Hira telah menjadi destinasi wisata terkenal di Arab Saudi. Setiap tahun, banyak jamaah haji mengunjungi Gua Hira untuk melakukan ziarah. Lokasinya terletak sekitar 7 km dari Masjidil Haram, di kawasan Hejaz.[2]

Bagi umat Islam, Gua Hira memiliki makna yang sangat khusus, dan sering dikunjungi oleh mereka yang berkunjung ke tanah suci. Perjalanan dari Jabal Nur menuju Gua Hira membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam, dengan rute melibatkan pendakian melalui jalur berbatu dan penurunan curam setelah mencapai puncak Jabal Nur. Meskipun demikian, fasilitas tangga permanen telah dibangun untuk mempermudah akses. Gua Hira memiliki ukuran yang terbatas, dengan lebar 1,6 meter dan panjang 3,7 meter, terletak pada ketinggian 270 meter di punggung Jabal Nur.[2]

Gua ini hanya dapat menampung sekitar empat orang. Dari dalam gua, pengunjung dapat menikmati pemandangan Masjidil Haram dari kejauhan, setelah melewati perjalanan mendaki dan menuruni tebing. Gua Hira memiliki signifikansi historis karena di sinilah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Keberhasilan Nabi Muhammad dalam melaksanakan tugas kenabiannya dimulai dari sini, saat beliau berusia 40 tahun.[3]

Wahyu dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW menjadi titik awal cahaya Islam yang terus bersinar hingga saat ini. Menurut cerita para sahabat, Nabi Muhammad senang berlama-lama di Gua Hira. Selama musim haji, kunjungan ke Gua Hira mencapai puncaknya, di mana puluhan ribu orang datang secara bergantian untuk menyaksikan gua kecil yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam.[3]


  1. ^ a b c d e "Sejarah Gua Hira". Republika Online. 2020-04-14. Diakses tanggal 2024-02-29. 
  2. ^ a b "Makna di Balik Gua Hira dan Malaikat Jibril". NU Online. Diakses tanggal 2024-02-29. 
  3. ^ a b "Faedah Sirah Nabi Menerima Wahyu Pertama di Gua Hira".